Rabu, 24 Oktober 2012

tulisan 4


4.ARTIKEL KEKERASAN



KEKERASAN YG TERJADI DISEKOLAH

Oleh: Fathuddin Muchtar



Memprihatinkan. Demikian ungkapan yang paling singkat dan tepat diucapkan manakala kita berbicara tentang kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah. Berita-berita mengenai kekerasan terhadap anak di sekolah kerap mewarnai pemberitaan media cetak dan elektronik di Indonesia. Memprihatinkan karena sekolah yang dibuat untuk mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang “memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, justru mendapatkan perlakuan kekerasan di lingkungan di mana dia belajar tentang moralitas, anti kekerasan dan sebagainya.
Sekolah disinyalir tidak lagi menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Sebagaimana dinyatakan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa sepanjang paruh pertama 2008, kekerasan guru terhadap anak mengalami peningkatan tajam 39,6 persen dari 95 kasus KTA (kekerasan terhadap anak), atau paling tinggi dibandingkan pelaku-pelaku kekerasan pada anaklainnya.Ada kecenderungan, angka kekerasan terhadap anak di sekolah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tidak jelas pasti, apa penyebab peningkatan angka ini, namun yang pasti adalah anak-anak yang diharapkan menjadi pemimpin di masa depan, menjadi korban di tangan-tangan yang seharusnya menjadi contoh dan tauladan mereka sehari-hari. Yang sering terdengar adalah demi mendisiplinkan anak-anak, maka dibutuhkan tindakan kekerasan. Tindakan pendisiplinan ini sering disebutkan dengan nama corporal punishment yang sesungguhnya berasal dari tradisi militer, yaitu penghukuman kepada copral (pangkat rendah di dalam struktur militer) yang melakukan pelanggaran.
Guru memang bukan satu-satunya pelaku kekerasan di sekolah. Perlakuan kekerasan juga memang kerap dilakukan oleh anak-anak terhadap teman mereka. Hanya saja memang angkanya tidak setinggi dengan pelaku dari kalangan guru. Juga harap diingat bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak, jangan sampai juga membuat kita serta merta menyalahkan anak tersebut. Ada banyak faktor mereka (anak-anak di sekolah) berbuat kekerasan, antara lain adalah pengaruh lingkungan dan bahkan mungkin meniru guru-guru mereka yang juga ringan tangan terhadap murid-muridnya. Tentu tindakan anak-anak sekolah ini juga tidak bisa dibenarkan begitu saja.
Jika melihat jenis kekerasan yang dialami oleh anak di sekolah, setidak-tidaknya ada tiga macam, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis dan kekerasan seksual. Kekerasan fisik yag kerap kali diterima anak mulai dari dicubit, dihukum berdiri selama jam pelajaran, ditempeleng sampai melukai fisik dan bahkan mengakibatkan jiwa anak melayang. Seperti nasib tragis yang menimpa Eli Daili, murid kelas V SD Ciririp I, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Nyawa Eli melayang diduga lantaran digebuk oleh gurunya sendiri, Hd pada tanggal 23 Januari 2007 kekerasan fisik yang dilakukan oleh oknum guru, dengan alasan apapun tentunya tidak dapat dibenarkan, apalagi sampai mengakibatkan kematian muridnya.
Jenis kekerasan lainnya yang kerap diterima oleh murid sekolah adalah kekerasan psikis. Kekerasan ini biasanya dilakukan dengan sebatas kata-kata, akan tetapi dampaknya sangat luar biasa bagi anak. Anak-anak dicaci maki, diumpat, dihina karena tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, tidak bisa menjawab pertanyaan guru dan sebagainya. Walaupun tidak menimbulkan luka fisik, kekerasan ini juga sangat mempengaruhi kehidupan anak. Anak-anak yang sering menerima perlakuan yang tidak selayaknya cenderung akan menjadi anak yang pasif, malas dan tidak mau bersosialisasi.
Dua kekerasan tersebut dia atas, umumnya bersumber dari keputusan untuk melakukan penghukuman terhadap anak, atau corporal punishment akibat anak tidak melakukan atau melakukan tindakan yang dianggap patut mendapatkan hukuman oleh guru.
Kekerasan lainnya yang tak kalah mengerikan adalah kekerasan seksual yang juga dilakukan oleh oknum guru. Pada tahun 2005, kami mendampingi 9 orang anak laki-laki yang menjadi korban pencabulan guru mengaji mereka di wilayah Kab. Magelang Jawa Tengah. Kemudian pada tahun yang sama, kami juga mendampingi 6 orang anak perempuan yang masih SD yang juga menjadi korban pencabulan guru olah raga mereka di sekolah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tidak hanya pada pencabulan, ada bahkan yang menjadi korban pemerkosaan, seperti yang terjadi di Pekanbaru pada akhir Oktober tahun 2007 lalu. Seorang oknum guru olah raga memperkosa muridnya di mushalla dengan alasan muridnya cantik, sehingga dia sangat tergila-gila padanya.
Situasi umum dan jenis kekerasan yang menimpa anak-anak di sekolah membuat kita semuanya seharusnya bertanya, apa yang terjadi dengan system pendidikan kita? Apakah ini sekedar kesalahan oknum-oknum guru, atau kesalahan yang sudah sistemik di dalam system pendidikan yang ada? Saya tidak bermaksud menghakimi para guru yang hadir di forum ini (dan saya berharap tidak pernah dan akan melakukan tindak kekerasan pada muridnya). Saya hanya menggambarkan sebuah realitas yang harus kita perhatikan bersama, demi kelangsungan hidup dan perkembangan anak sebagaimana mestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar